WHAT'S NEW
POSTINGAN SELANJUTNYA: MENERAPKAN DIAGRAM TERNER AN-CPX-OPX UNTUK IDENTIFIKASI BATUAN BASA
ORTOROMBIK: KELAS PIRAMID
A.Bentuk
C.Ordo: 1 1 1
D.Simbol Internasional (SI): 2mm
Kelas Piramid memiliki sumbu lipat 2 sebanyak 1. Memiliki 2 buah mirror yang sejajar sumbu lipat 2 dan tidak memiliki invers. Ada sumbu lipat 1.
Pada gambar diatas posisi sumbu lipat 2 menembus bidang, sedangkan mirror berposisi vertikal dan horizontal.
Perputaran kristal secara 360° terhadap sumbu lipat 2 diperlihatkan oleh gambar diatas. Setiap perputaran 180° terlihat kenampakan bidang yang sama dicirikan oleh bidang berwarna kuning dan hijau.
E.Gambaran Proses Proyeksi Stereografi pada Bola
Untuk pembahasan sistem kristal ortorombik dalam penggambaran proyeksi stereografi kita membagi bola menjadi 8 bagian yaitu:
1.kanan-depan-atas
2.kanan-belakang-atas
3.kiri-depan-atas
4.kiri-belakang-atas
5.kanan-depan-bawah
6.kanan-belakang-bawah
7.kiri-depan-bawah
8.kiri-belakang-bawah
Pada sistem kristal ortorombik ini, penulis menggambarkan motif pada belakang bola sebagai bintang abu-abu sedangkan motif pada bagian depan bola digambarkan sebagai bintang tak berwarna.
Penjelasannya terlihat pada gambar dibawah, dengan kondisi setiap bagian tersebut terisi motif:
Penggambaran motif pada kelas piramid sistem kristal ortorombik dapat dijelaskan oleh gambar dibawah:
F.Proyeksi Stereografi
Tahapan Proyeksi Stereografi:
Tahap 1: Pada tahapan ini terlihat 1 buah sumpu lipat 2, yaitu lingkaran putus-putus (dengan elips ditengah) yang membagi hemisfer menjadi atas-bawah. Mirror-mirror digambarkan sebagai garis tegas vertikal dan garis tegas horizontal yang berpotongan di pusat lingkaran.
Penggambaran motif diawali pada bagian bawah kanan gambar dibawah ini:
Titik tersebut diputar sebesar 180° searah jarum jam, sehingga tergambar titik didiagonalnya. Selanjutnya rotasikan lagi 180° searah jarum jam, menyebabkan titik kembali ke posisi awal. Hal ini menyebabkan pekerjaan kita pada sumbu lipat 2 telah selesai.
Tahap 2: Pada tahapan ini kita perhatikan dua buah mirror yang ada dengan fokus percontohan utama motif awal, mirror yang berposisi horizontal menyebabkan motif awal dicerminkan keatas sehingga muncul motif baru dibagian kanan atas lingkaran.
Tahap 3: Sedangkan mirror yang berposisi vertikal akan mencerminkan motif awal ke bagian samping sehingga muncul motif baru dibagian kiri bawah lingkaran.
Hasil Proyeksi Stereografi sebagai berikut:
G.Contoh Mineral
Bismutite (Bi
2(CO
3)O
2)
Cobaltite
(CoAsS)
ORTOROMBIK: KELAS BISFENOID
A.Bentuk
C.Ordo: 1 1 1
D.Simbol Internasional (SI): 222
Kelas Bisfenoid memiliki sumbu lipat 2 sebanyak 3. Tidak memiliki mirror dan tidak memiliki invers. Ada sumbu lipat 1.
Pada gambar diatas penyebaran sumbu lipat 2 menempati 3 bagian yaitu: secara vertikal, secara horizontal dan menembus bidang. Untuk mempermudah penyebutan pada penjelasan selanjutnya maka penulis beri istilah untuk masing-masing sumbu lipat 2:
-sumbu lipat 2 vertikal: sumbu lipat a.
-sumbu lipat 2 horizontal: sumbu lipat b.
-sumbu lipat 2 menembus bidang: sumbu lipat c.
Perputaran kristal secara 360° terhadap sumbu lipat a diperlihatkan oleh gambar diatas. Setiap perputaran 180° terlihat kenampakan bidang yang sama dicirikan oleh bidang berwarna merah dan biru.
Perputaran kristal secara 360° terhadap sumbu lipat b diperlihatkan oleh gambar diatas. Setiap perputaran 180° terlihat kenampakan bidang yang sama dicirikan oleh bidang berwarna merah dan warna-warni.
Perputaran kristal secara 360° terhadap sumbu lipat c diperlihatkan oleh gambar diatas. Setiap perputaran 180° terlihat kenampakan bidang yang sama dicirikan oleh bidang berwarna biru dan warna-warni.
E.Gambaran Proses Proyeksi Stereografi pada Bola
Untuk pembahasan sistem kristal ortorombik dalam penggambaran proyeksi stereografi kita membagi bola menjadi 8 bagian yaitu:
1.kanan-depan-atas
2.kanan-belakang-atas
3.kiri-depan-atas
4.kiri-belakang-atas
5.kanan-depan-bawah
6.kanan-belakang-bawah
7.kiri-depan-bawah
8.kiri-belakang-bawah
Pada sistem kristal ortorombik ini juga penulis menggambarkan motif pada belakang bola sebagai bintang abu-abu sedangkan motif pada bagian depan bola digambarkan sebagai bintang tak berwarna.
Penjelasannya terlihat pada gambar dibawah ini, dengan kondisi setiap bagian tersebut terisi motif:
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sumbu lipat 2 pada kelas bisfenoid sistem ortorombik ada 3, maka penggambaran motifnya dapat dijelaskan oleh ketiga gambar dibawah ini:
F.Proyeksi Stereografi
Tahapan Proyeksi Stereografi:
Tahap 1: Pada tahapan ini terlihat 3 buah sumpu lipat 2, yaitu lingkaran (dengan elips ditengah) yang membagi hemisfer menjadi atas-bawah, garis putus-putus vertikal (dihubungkan oleh dua buah elips berposisi horizontal) yang membagi hemisfer menjadi kiri-kanan dan garis putus-putus horizontal (dihubungkan oleh dua buah elips berposisi vertikal) yang membagi hemisfer menjadi depan-belakang.
Penggambaran motif titik diawali pada bagian bawah kanan gambar dibawah ini:
Titik tersebut diputar sebesar 180° searah jarum jam, sehingga tergambar titik didiagonalnya. Kemudian dirotasikan lagi 180° searah jarum jam menyebabkan titik kembali ke posisi awal. Hal ini menyebabkan pekerjaan kita pada sumbu lipat 2 yang menembus bidang (lingkaran putus-putus) telah selesai.
Tahap 2: Pada tahapan ini kita mencari sumbu lipat 2 lainnya, dalam hal ini penulis memilih sumbu lipat 2 yang berposisi vertikal sehingga titik tersebut menjadi dibawah hemisfer setelah dirotasikan 180° searah jarum jam. Posisi motif selanjutnya berada dibagian kiri dari titik awal yang digambarkan sebagai lingkaran kosong. Dirotasikan lagi 180° searah jarum jam sehingga pekerjaan kita terhadap sumbu lipat ini telah selesai.
Tahap 3: Karena masih ada satu sumbu lipat 2 lagi, maka perlu kita rotasikan sebesar 180° searah jarum jam, sumbu lipat 2 yang dimaksud adalah garis putus-putus yang berposisi horizontal. Akibatnya titik tersebut posisinya menjadi dibawah hemisfer. Gambar dibawah memperlihatkan posisi motif tersebut berada di bagian atas titik awal. Dirotasikan lagi 180° searah jarum jam sehingga kembali ke posisi awal.
Hasil Proyeksi Stereografi sebagai berikut:
G.Contoh Mineral
Austinite (CaZn(As
O4)(OH))
Lautite
(CuAsS)
MONOKLIN: KELAS PRISMA
A.Bentuk
B.Sistem Kristal: Monoklin
C.Ordo: 1 1 1
D.Simbol Internasional (SI): 2/m
Kelas Prisma memiliki sumbu lipat 2 sebanyak 1. Mirror yang berposisi tegak lurus dengan sumbu lipat 2 dan memiliki invers. Ada sumbu lipat 1.
Gambar diatas memperlihatkan kenampakan yang sama ketika benda dirotasikan 180° , dalam hal ini sumbu lipat 2 berposisi horizontal.
Gambar diatas terlihat mirror berposisi menembus bidang secara vertikal.
E.Gambaran Proses Proyeksi Stereografi pada Bola
Gambaran proyeksi diatas dibuat dengan cara membuat lingkaran putus-putus, adanya mirror yang berposisi tegak lurus dengan sumbu lipat 2 yang membagi hemisfer menjadi 2 (hemisfer bagian atas dan bawah) menyebabkan lingkaran putus-putus digaristegaskan. Sumbu lipat 2 digambarkan sebagai elips dipusat lingkaran (menembus bidang arahnya) yang digaris miring sebagai pertanda adanya invers.
Kemudian, gambarkan titik lain pada sebarang titik (dalam hal ini saya memilih menggambarkannya diarah NE jika top blog adalah arah N), rotasikan titik sebesar 180° searah jarum jam maka titik tersebut akan berada disebrang posisi awal titik (arah SW), rotasikan lagi sebesar 180° searah jarum jam maka titik tersebut akan kembali ke posisi semula.
Kemudian cerminkan dua titik yang telah tergambarkan pada proyeksi stereografi tersebut kedalam bidang sehingga tergambarkan 2 titik lainnya yang berposisi tepat dibawah 2 titik sebelumnya (digambarkan sebagai lingkaran kosong).
G.Contoh Mineral
Orthoclase (KAlSi
3O8)
Augite
((Ca,Na
)(Mg,Fe,Al,Ti) (Si,Al)2O6)
MONOKLIN: KELAS DOMA
A.Bentuk
B.Sistem Kristal: Monoklin
C.Ordo: 1 1 1
D.Simbol Internasional (SI): m
Kelas Doma memiliki mirror yang berposisi sejajar dengan sumbu lipat 1 dan tidak memiliki invers.
Pada gambar diatas mirror berposisi vertikal.
E.Gambaran Proses Proyeksi Stereografi pada Bola
Gambaran proyeksi diatas dibuat dengan cara membuat lingkaran putus-putus, walaupun ada mirror lingkaran dibiarkan putus-putus karena dalam hal ini posisi mirror vertikal, mirror ini digambarkan sebagai garis tegas yang membagi lingkaran proyeksi stereografi menjadi dua bagian dan berarah N-S (terserah arahnya), karena berarah N-S maka sumbu lipat 1 yang digambarkan sebagai titik di pusat lingkaran akan tertutupi.
Kemudian, gambarkan titik lain pada sebarang titik (dalam hal ini saya memilih menggambarkannya diarah N jika top blog adalah arah N dekat garis pada bagian kiri lingkaran), rotasikan titik sebesar 360° searah jarum jam maka titik tersebut akan kembali ke posisi semula. Kemudian cerminkan terhadap garis tegas sehingga kini ada dua titik yang tergambarkan pada bagian kiri dan kanan proyeksi stereografi.
G.Contoh Mineral
Nacrite (Al
2Si2O5(OH)
4)
Furutobeite
((Cu,
Ag)6PbS4)
MONOKLIN: KELAS SFENOID
A.Bentuk
B.Sistem Kristal: Monoklin
C.Ordo: 1 1 1
D.Simbol Internasional (SI): 2
Kelas Sfenoid memiliki sumbu lipat 2 sebanyak 1. Ada sumbu lipat 1. Tidak memiliki invers dan tidak memiliki mirror
Sumbu lipat 2 pada gambar diatas berposisi vertikal, diperlihatkan oleh kenampakan bidang yang sama setiap perputaran 180°.
E.Gambaran Proses Proyeksi Stereografi pada Bola
F.Proyeksi Stereografi
Gambaran proyeksi diatas dibuat dengan cara membuat lingkaran putus-putus, karena tidak memiliki mirror maka lingkaran dibiarkan putus-putus, selanjutnya gambarkan sumbu lipat 2 berupa elips pada pusat lingkaran, gambarkan titik lain pada sebarang titik (dalam hal ini saya memilih menggambarkannya diarah NE jika top blog adalah arah N), rotasikan titik sebesar 180° searah jarum jam maka titik tersebut akan berada disebrang titik awal (arah SW), rotasikan lagi titik sebesar 180° searah jarum jam maka titik akan kembali ke posisi semula. Karena sudah kembali ke posisi semula maka penggambaran proyeksi stereografi telah selesai.
G.Contoh Mineral
Halotrichite (Fe++Al
2(SO4)4.22(H
2O))
Fettelite (
Ag6As2S7][Ag10HgAs2S8])